Tulisan ini kami awali dengan pertanyaan,
Mengapa kita menyambut kedatangan pernikahan bukan menjemputnya?
Pernikahan itu layaknya takdir-takdir yang lain, mau kita banyak bekal atau sedikit bekal, apa kita mendatangi pernikahan dengan cara pacaran, taaruf rasa pacaran, atau taaruf yang benar, pernikahan itu akan datang menemui kita.
Dimanapun kita berada bila pernikahan sudah waktunya datang, kita tetap akan dipertemukan dengan jodoh kita. Itulah mengapa, kita memiliki pilihan, mau menyambut kedatangan pernikahan dengan wajah seperti apa. Mau menjadi hitam atau putih, itu tugas kita untuk memilihnya.
Tak jarang hati dipenuhi kegundahan, disaat teman seumuran sudah banyak yang menikah namun untuk diri sendiri proposal taaruf pun tidak pernah mendapatkan tanggapan. Bahkan ada beberapa saudari kita, sangat gundah ingin menikah, namun tidak pernah bergerak untuk memantaskan dirinya.
Ada juga keadaan dimana diri sudah selalu memantaskan diri untuk menikah, belajar pontang panting kesana kemari, ajuin proposal taaruf, atau taaruf berkali-kali namun selalu gagal. Serangkaian ihktiar tersebut seakan-akan tidak menimbulkan dampak apapun, tetap saja jodoh belum kunjung datang.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk menyambut datangnya pernikahan? Kami akan menjabarkan dua kunci awal yang menjadi pembuka pintu-pintu menuju menuju pernikahan yang diridoi oleh Allah.
1. Memperkuat tawaqal kepada Allah
Banyak orang beranggapan bahwa tawaqal itu terletak diakhir saat menerima sebuah hasil padahal tawaqal itu terletak di awal, proses (tengah), dan akhirnya. Kita wajib mengiringi semua usaha kita dengan tawaqal sejak memulai, menjalani, sampai mendapatkan hasilnya. Bagaimana hal tersebut diterapkan dalam menjemput jodoh?
Tawaqal di awal yaitu memasrahkan semua hal kepada Allah, percaya bahwa apapun yang ditakdirkan Allah adalah sesuatu hal yang tepat dan penuh hikmah untuk makhluknya. Termasuk tawaqal terhadap usaha, kita memang berikhtiar sebaik mungkin, namun tidak mengandalkan usaha tersebut.
Sebaik apapun sebuah usaha, itu hanyalah sebuah wasilah (sebab) yang tidak memiliki kekuatan apapun tanpa disertai dengan kehendak Allah.
Begitupun saat melakukan usaha tersebut, ketika berproses menyambut kedatangan pernikahan. Semua usaha dan proses dilalui dalam rangka mengambil sebab/wasilah yang diperbolehkan oleh agama. Tawaqal kepada Allah menyebabkan kita yakin bahwa tugas kita hanya pada sebatas berusaha yang terbaik dan berdoa. Kita tidak akan mudah tergiur dengan cara-cara yang tidak diridoi Allah misalnya pacaran. Sebab, kita tahu proses yang halal akan berdampak pada keberkahan pernikahan nanti.
Akhirnya, tawaqal mampu membuat kita bisa menerima apapun yang Allah takdirkan. Entah bagaimana nanti yang terjadi, kita tidak akan terlalu berharap dan tidak pula terpuruk lama-lama. Jodoh kita sudah tertulis kapan datangnya, siapa orangnya dan bagaimana bertemunya, tugas kita hanyalah berproses menujunya dengan jalan terbaik dan halal.
Allah memberi jaminan bagi siapa saja yang bertawakkal kepada-Nya, maka Dia akan mencukupinya,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan memberi kecukupan baginya.” (QS. at-Thalaq: 3)
Setelah kita mengetahui bahwa tawaqal itu kunci pertama dalam membuka pintu pernikahan, kunci kedua adalah niatan kita. kita juga perlu senantiasa meluruskan dan memperbaharui niat.
2. Selalu meluruskan dan memperbaharui niat untuk menikah
Bila Anda menikah karena ingin bahagia? Selayaknya Anda segera memperbaiki niat kembali, sebab pernikahan tidak selalu bahagia.
Bila Anda menikah karena frustrasi menghadapi permasalahan hidup, pikirkan ulang saat hendak menikah. Sebab, menikah merupakan perkumpulan semua permasalahan hidup.
Atau Anda ingin segera menikah hanya karena sekedar teman-teman Anda sudah banyak menikah? Anda benar-benar harus kembali meluruskan niat. Temukan niat yang mampu merangkum semua niat yang ada
Apa itu?
Niat menikah karena Allah, yaitu untuk menjaga kehormatan. Saat Anda menikah karena Allah, maka pernikahan akan bernilai ibadah. Sehingga, Allah akan memudahkan prosesnya dan senantiasa memberikan pertolongan.
Dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ
Ada tiga orang, Allah berhak membantunya: Orang yang berjihad di jalan Allah, budak yang melakukan transaksi mukatabah (menebus dirinya), dan orang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan. (HR. Nasai 1655, Turmudzi 1756, dan dihasankan al-Albani).
Sudah benarkah niatmu sekarang?
Sumber bacaan: